Sabtu, 26 Desember 2015

Kewajiban Membatu Saudara yang "Zalim" dan Dizalimi

Assalamu 'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semangat Pagi Sahabat Dakwah Tawazun,

Kali ini insya Allah kita akan membahas mengenai Kezaliman. Kita tentu tau apa itu perbuatan zalim. Ya, Zalim merupakan tindakan atau perbuatan yang bertindak sewenang-wenang dengan orang lain. Menurut KBBI, Zalim adalah tindakan yang tidak menaruh belas kasihan; bengis; kejam; dan tidak adil. 

Ternyata kita berkewajiban membatu sahabat atau saudara kita yang "zalim" dan dizalimi loh Sahabat Tawazun. Terus, Bagaimana tindakan kita seharusnya terhadap orang yang dizalimi? dan bagaimana cara kita membatu saudara kita yang "zalim" ?
Yuk kita simak penjelasan dibawah.
Kita sebagai umat islam pasti tahu donk perbuatan zalim sangat dibenci oleh Allah, Allah maha mengetahui lagi apa yang kita perbuat.


Berdasarkan Surah Ibrahim Ayat 42-43 

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ . مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ
Artinya : "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong."

Allah sungguh mengetahui bagi kita yang melakukan tindakan zalim, dan juga kita tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan zalim sesama umat Muslim, dan juga tidak membiarkan Saudara kita sesama muslim dizalimi,


"Dari Abdullah Bin Umar bahwa Rasulullah bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainya. Dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya dizalimi orang lain. Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah memenuhi kebutuhannya. Barang siapa meringankan kesulitan seorang muslim, maka pada hari Kiamat Allah akan meringankan kesulitannya. Dan Barangsiapa menutupi (aib) saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya." (HR. Bukhari No. 1117)

Masya Allah, betapa eratnya ikatan persaudaraan sesama muslim, sebagai muslim sejati kita tentu akan merasa tersakiti apabila saudara kita sesama muslim dizalimi oleh orang lain. Sama seperti halnya satu tubuh, apabila tangan kiri kita merasa atau mendapatkan luka, tentu dengan sigap tangan kanan kita akan merespon menutupi luka atau bahkan mengobati luka tersebut. 


Selain membantu saudara atau sahabat kita yang dizalimi, kita juga sebagai umat muslim tidak bisa berdiam diri apabila ada saudara atau sahabat kita berbuat zalim, tentu sahabat akan bingung, Mengapa kita membantu saudara kita yang berbuat zalim? Bagaimana cara membantunya? Apakah membantunya melakukan perbuatan keji?
Tentu tidak, Hal ini telah dijelaskan dalam Hadits berikut:

Dari Anas Bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, "Tolonglah Saudaramu ketika berbuat zalim atau dizalimi." Para Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, Kami menolongnya ketika dia dizalimi, tapi bagaimana kami menolongnya ketia dia berbuat zalim?" Rasulullah menjawab, "Engkau ambil tangannya (dan dalam sebuah riwayat, "Engkau tahan atau engkau cegah dia dari kezaliman, karena itu adalah pertolongan terhadap orang yang zalim." (H.R Bukhari No. 1118)

Dari hadits di atas, menjelaskan bagaimana kita berkewajiban membantu saudara atau sahabat kita sesama muslim yang berbuat zalim ataupun dizalimi. Tindakan mencegah atau menahan perbuatan zalim itulah yang disebut membantu. Karena, dengan begitu saudara kita dapat terhindar dari murka Allah sangat melaknat orang-orang yang berbuat Zalim.

Kita sering kali lalai atau tidak mau ikut campur dalam perbuatan saudara kita sesama muslim. Bahkan ada yang merasa bahwa tindakan kita tidak akan berpengaruh apa-apa kepada saudara-saudara kita sesama muslim. Sehingga banyak sekali ucapan seperti "Terserah gue donk" atau "urus aja urusanmu sendiri"
Tindakan acuh tak acuh ini membuat retakan dalam hati dan ikatan sesama umat muslim, yang seharusnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan. Namun dengan anggapan yang seperti ini membuat kita seolah-olah dapat hidup berdiri sendiri atau independen.

Oleh karena itu, Mari Sahabat Tawazun kita bahu membahu membentuk sebuah ikatan yang saling menguatkan. saling perduli antara satu dan yang lainnya. Ikatan yang membentuk kembali jati diri umat muslim yang sekarang mulai pudar dan membangun kembali Ukhuwah Islamiyah yang mulai menjadi puing-puing karena termakan zaman.

Sumber : Al-Albani, M. Nashiruddin. Ringkasan Kitab Shahih Bukhari Jilid II,
image source : kisahmuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar