Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Presiden
pertama Republik Indonesia Bung Karno pernah dengan lantang mengemukakan sebuah
pendapat bahwa bangsa yang besar adlah bangsa yang tidak melupakan seejarhanya
sendiri. “Jas merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa yang ebsar
adlaha bangsa yang dapat menghargai para pahlawannya. Pada 20 Mei di Indonesia
dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Peringatan
Hari Kebangkitan Nasional ini dirujuk dari hari pendirian sebuah organisasi
yang bergerak dalam bidang pendidikan, yaitu Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Entah
apa yang menjadi landasan sehingga hari pendirian organisasi ini menjadi salah
satu pengisi hari besar nasional Indonesia dan diperingati setiap tahunnya.
Padahal kalau kita telaah lebih lanjut, pada masa keemasannya di 2009 Budi
Utomo hnaya mampu berkembang di Pulau Jawa dengan anggota berkisar 10 ribu
orang saja, dan keanggotaannya hanya terbatas pada kaum priyai tanpa mampu
menyentuh strata social yang lebih bawah.
Sebagai
masyarakat muslim di Indonesia, seharusnya kita mampu membaca lebih jauh
sejarah para mulim pendahulu di Indonesia sebagai pemicu kebangkitan,bukan
hanya kebangkitan nasional tetapi juga kebangkitan Islam di Indonesia. Karena
banyak fakta sejarah yang telah menulis bahwa kebangkitan nasional hadir atas
peran besar umat Islam.
Dalam
sejarah bangsa Indonesia, tercatat
sebuah organisasi besar berasas Islam yang berdiri tiga tahun sebelum
Budi Utomo, yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI). SDI didirikan oleh H Samanhudi di
Surakarta pada 1905. Tujuan utama pendirian SDI adalah untuk menghimpun
pedagang-pedagang muslim di Indonesia agar mampu bersaing dengan pedagang besar
dari Tionghoa. Lambat laun, SDI berkembang menjadi organisasi yang lebih
terstruktur dengan asas Islam dan ekonomi kerakyatan sebagai dasar
penggeraknya. Dibandingkan dengan Budi Utomo, selama 16 tahun organisasi ini
mempunyai 181 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan beranggotakan kurang
lebih 2 juta orang yang mencakup seluruh lapisan masyarakat. Karena
mempertimbangkan kemajuan SDI yang begitu pesat dan tuntutan untuk mampu
menjawab segala permasalahan kehidupan di Indonesia yang lebih kompleks,
kemudian pada 1912 SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) dengan bidang
gerak yang lebih luas, bukan hanya bidang ekonomi tetapi juga politik sehingga SI
pada 1919 menjadi gerakan massa yang sangat berpengaruh terhadap kejayaan dan
kebangkitan bangsa Indonesia.
Lebih
awal lagi dari SDI, pada 1901 berdiri Jamiat Kheir yang bergerak dalam bidang
pendidikan sebagai bentuk perlawanan pada pemerintahan Belanda pada waktu itu.
Jamiat Kheir kemudian tercatat sebagai organisasi pendidikan modern pertama di
Indonesia yang mampu mencetak tokoh-tokoh pendiri oraganisasi Islam di
Indonesia, seperti HOS Tjokroaminoto (Pendiri SI), Ahmad Dahlan (Pendiri
Muhammadiyah), dan juga tokoh-tokoh yang kelak memprakarsai berdirinya
organisasi-organisasi besar Islam lainnya, termasuk pendirian Yayasan Islam Al
Irsyad pada 1914 oleh Syaikh Surkati. Bukan saja pendirian sarana-sarana
pendidikan, organisasi-organisasi tersebut bahkan telah mampu memprogram
pertukaran pelajar dan guru dengan pusat studi Islam mancanegara, mendirikan
rumah sakit, panti asuhan, dan fasilitas social lainnya.
Begitulah
Islam meninggalkan jejak-jejak sejarah dalam setiap momentum kebangkitan bangsa
Indonesia, bukan semata hanya aspek spiritual saja tetapi Islam juga
membangkitkan seluruh aspek kehidupan, pendidikan, social, ekonomi, dan budaya.
Sebagai
generasi penerus yang tengah merindukan semangat kebangkitan, hendaknya dan
memang sudah seharusnya kita mempelajari sejarah para pendahulu sebagai upaya
untuk kembali merestorasi semangat kebangkitan nasional di masa sekarang
ataupun di masa-masa yang akan datang.
Sumber : Abu Ayyash (Ketua Umum
forum Lingkar Pena cabang Bangkalan) http://pustakaalanwar.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar