Senin, 22 April 2013

Shalat tapi Maksiat ?




Bismillahirrahmaanirrahiim..

“Dan dirikanlah sholat ! Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, dan  sesungguhnya  dzikir kepada Allah itu lebih besar (keutamaan dan pengaruhnya bagi setiap pribadi insan), dan Allah Maha Mengetahyi apa yang kamu kerjakannya. “ (Q.S. 29 Al ‘Ankabut : 45).

Allah SWT tegas mengatakan bahwa shalat mencegah perbuatan keji dan munkar, namun bagaimana bila seorang muslim rajin mendirikan shalat namun masih berzinah, atau berjudi , atau mabuk ? 
Misalkan hanya  melakukan  salah satu perbuatan maksiat tersebut diatas, jika begitu apa fungsi shalat? Apakah hanya sekedar kewajiban? Pertanyaan berikutnya, Apakah shalatnya diterima? 
atau karena ia merasa tidak mau mendapatkan dosa 2x lipat sehingga shalatnya tetap tidak ditinggalkan?



Ulama ahli tafsir abad ke 14 Hijriyyah, Syeikh Al ‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa shalat yang mencegah perbuatan keji dan mungkar adalah:

“Sisi keberadaan shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar yaitu; ketika seorang hamba yang mendirikan shalat, menyempurnakan akan rukun-rukun, syarat-syarat dan kekhusyu’annya, maka hatinya akan bersih, perasaannya akan jernih, imannya akan bertambah, bertambah kuat keinginannya untuk melaksanakan kebaikan dan berkurang atau hilang keinginannya untuk mengerjakan keburukan, makanya pastinya, dengan selalu mengerjakan dan menjaga shalat dalam keadaan yang seperti ini, maka shalatnya akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ini termasuk dari tujuan dan hasil yang sangat agung dari shalat tersebut. Kemudian di dalam shalat juga, terdapat tujuan yang lebih agung dan lebih besar dari ini, yaitu apa yang terkumpul di dalamnya berupa mengingat Allah baik dengan hati, lisan dan badan. Karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan makhluknya hanya untuk beribadah kepada-Nya, dan ibadah yang paling utama dari mereka (para makhluk) adalah shalat, karena di dalamnya terdapat pengabdian seluruh anggota tubuh yang tidak terdapat dalam ibadah lain”

Shalat jelas mencegah manusia dari perbuat maksiat namun, apabila masih ada STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan) mungkin yang harus dievaluasi adalah shalat kita sendiri. Apakah telah ikhlas dan khusyuk ? Ataukah hanya sekedar MEMBACA dan BERGERAK ?? Perhatikan, apabila kita meminta uang 500 ribu ke Orang Tua lalu berkata dengan nada datar dan cepat..

 “buMintaDuitLimaRatusRibuBuBuatSppBulanIniBolehGaBu???”
Ibu pasti akan menjawab, 
“Ngomong apasih ga jelas? “
atau walau Ibu mengerti pasti mengatakan,
“Kamu Minta apa baca Mantra?????”

Begitu juga dengan sholat, ketika kita membaca surat Alfatihah “Bismillhrmnrrhimalhmdulillahirbbilalminarhmnnrrhimm…. Assalamu’alaikumwrwb!!” tiba-tiba sudah salam.
Apakah shalat tersebut akan diterima Allah SWT ?
Apakah shalat seperti itu yang akan menghindarkan kita dari perbuatan keji dan munkar ?

Jadikan ibadah shalat sebagai sarana untuk bersyukur kepada Allah SWT dan menunjukkan bahwa kita membutuhkan rahmat dan ridha-Nya . Kemudian jadikan sholat itu sebagai kegiatan berbicara dengan Allah SWT, menghadap kepada Allah SWT dan meminta kepadaNya agar diberi petunjuk dan diselamatkan dari siksaanNya. Dengan merasakan kedekatan dengan Allah SWT, maka kita akan semakin mutawari/hati2 dalam beraktifitas dan lebih termotivasi untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Hal positif semcam inilah yang dapat mencegah kita dar perbuatan keji dan munkar.

Kemudian mengenai amalan, memang benar bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui amalannya ditolak atau diterima Allah SWT, karena hal itu adalah hak Allah SWT semata tiada 
sekutu bagi-Nya. Hal ini juga dikarenakan manusia adalah makhluk yang kemampuan penalarannya terbatas, tidak mengetahui apakah pelaku dari sebuah ibadah itu, ketika dia melakukannya benar-benar ikhlas atau tidak. Oleh sebab itulah Rasulullah SAWbersabda:

“Sesungguhnya seseorang menyelesaikan (shalatnya) dan tidak dituliskan baginya melainkan 1/10, 1/9, 1/8, 1/7, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3 dan ½ dari shalatnya”. (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Abu Daud).

Bila seorang muslim mengerjakan shalat, lalu dia juga melakukan keji dan mungkar, maka dia telah mencampurkan amal shalih dengan keburukan, jika dosanya lebih banyak daripada pahalanya maka dia akan binasa pada hari kiamat kecuali jika dia mendapatkan rahmat Allah SWT.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah: 208)




Sumber: Moslemsunnah.Wordpress.com
                 http://globalkhilafah.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar